Pemurnian Minyak Jelantah Secara Bertahap Menggunakan Adsorben Arang Sekam Padi, Ampas Tebu Dan Cangkang Telur

  • Sisilia Niko Program Studi Teknik Kimia Universitas Kristen Indonesia Paulus
  • Yoel Pasae Program Studi Teknik Kimia Universitas Kristen Indonesia Paulus
  • Lydia Melawaty Program Studi Teknik Kimia Universitas Kristen Indonesia Paulus
Keywords: Minyak Jelantah, Adsorben, Bilangan Peroksida, Adsorpi, Sekam Padi, Cangkang Telur

Abstract

Abstrak

Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai bahan pengolah makanan. Penggunaan minyak goreng secara berulang-ulang dan kontinyu pada proses penggorengan akan mengakibatkan terjadinya reaksi degradasi sehingga menurunkan kualitas minyak goreng Hal ini dikarenakan saat dipanaskan pada suhu tinggi disertai kontak dengan udara akan menyebabkan minyak mengalami perubahan kimia seperti proses hidrolisis, oksidasi, polimerisasi dan reaksi pencoklatan. Proses oksidasi dan polimerisasi dapat merusak sebagian vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalah minyak sehingga dapat mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam penyakit, seperti diare, pengendapan lemak dalam pembuluh darah dan kanker.

Pada penelitian ini telah dilakukan Pemurnian Minyak Jelantah Secara Bertahap Menggunakan Adsorben Arang Sekam Padi, Ampas Tebu, Dan Cangkang Telur sebagai bahan dasar pemurnian minyak jelantah dengan penambahan KOH. Sehingga minyak jelantah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali dan memenuhi standar SNI 01-3741:2013.

Kadar bilangan peroksida terbaik setelah minyak jelantah diadsorpsi yaitu 8 mek/g dan 4 mek/g. hasil pemurnian tersebut memenuhi standar mutu minyak goreng menurut SNI-7709:2019 yaitu maksimal 10mek/g. Kadar asam lemak bebas terendah setelah minyak jelantah diadsorpsi secara bertahap pada adsorben arang sekam padi, ampas tebu dan cangkang telur pada waktu 2 jam yaitu 0,7%. Hasil pemurnian tersebut tidak memenuhi standar mutu minyak goreng menurut SNI-7709:2019. Karena angka asam lemak bebas didalam minyak berdasarkan standar mutu minyak goreng menurut SNI-7709:2019 maksimal sebesar 0,3%.. Kadar air terendah setelah minyak jelantah diadsorpsi sebanyak 0,12%, didapatkan kadar minyak terendah tidak memenuhi standar kadar air SNI-7709:2019 yaitu maksimal sebesar 0,1%

 

Abstract

Cooking oil is one of the basic human needs as a food processing ingredient. The use of cooking oil repeatedly and continuously in the frying process will result in a degradation reaction, thereby reducing the quality of the cooking oil. . Oxidation and polymerization processes can destroy some of the vitamins and essential fatty acids contained in the oil, which can lead to poisoning in the body and various diseases, such as diarrhea, deposition of fat in blood vessels and cancer.

In this research, a gradual purification of used cooking oil has been carried out using rice husk charcoal, sugarcane bagasse and egg shells as the basic ingredients for refining used cooking oil with the addition of KOH. So that the cooking oil produced can be reused and meets SNI 01-3741:2013 standards.

The best peroxide value levels after the used cooking oil was adsorbed were 8 mek/g and 4 mek/g. The refined product meets the cooking oil quality standard according to SNI-7709: 2019, which is a maximum of 10mek/g. The lowest free fatty acid content after used cooking oil was gradually adsorbed on rice husk charcoal, bagasse and eggshell adsorbents for 2 hours, namely 0.7%. The refining results do not meet the cooking oil quality standards according to SNI-7709:2019. Because the number of free fatty acids in the oil based on the quality standard of cooking oil according to SNI-7709: 2019 is a maximum of 0.3%. The lowest water content after the used cooking oil has been adsorbed is 0.12%, the lowest oil content does not meet the SNI- 7709:2019, which is a maximum of 0.1%.

Published
2024-09-23